Profesionalitas dalam Kerja Bengkel
Oleh: Hermas E Prabowo*
Apa itu profesional? Bagi bengkel, teknisi atau mekanik, istilah profesional sering kita dengar tapi seperti tampak abstrak.
Sering kali kita dengar konsumen bilang “Anda nggak profesional”. Tapi sebenarnya seperti apa wujud profesionalitas dalam kerja bengkel itu?
Belum ada yang merumuskan. Apakah profesional itu identik dengan bangunan bengkel yang megah, nyaman, ruang ber AC, disediakan teh atau kopi panas saat servis?
Atau, mungkin berhubungan dengan layanan telepon atau WA dari konsumen agar selalu cepat merespon, pada kesempatan pertama, untuk semua pertanyaan konsumen yang detail satu per satu?
Definisi tentang profesionalitas dalam lingkup kerja bengkel, teknisi dan mekanik kendaraan memang masih sangat abu – abu.
Karenanya tidak jarang timbul salah pemahaman antara konsumen dan pelaku usaha bengkel, teknisi atau mekanik dalam memahami makna profesional itu.
Berhubungan dengan Kompetensi
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) membagi makna profesional dalam tiga variabel: berhubungan dengan profesi, mempunyai keahlian untuk melakukannya, dan mendapatkan upah atas pekerjaan yang dilakukan.
Variabel pertama dan ketiga sudah cukup jelas. Tidak perlu saya ulas di sini.
Yang perlu digali lebih dalam adalah variabel kedua, yang berhubungan dengan keahlian untuk (tentu saja) melakukan diagnosa, perawatan atau perbaikan kendaraan.
Keahlian erat kaitannya dengan kompetensi. KBBI tidak mendefinisikan keahlian secara mendalam, namun Cambridge Digtionary mendefinisikan: having the skills or knowledge to do something well enough to meet a basic standard.
Ada unsur penting dalam keahlian, yaitu skill dan pengetahuan. Dalam lingkup kerja bengkel, teknisi atau mekanik, PBOIN membagi pengetahuan dalam dua unsur lagi yaitu pengalaman dan ilmu terkait sistem dan teknik otomotif.
Membaca uraian di atas, lalu apa definisi profesional bagi lingkup kerja bengkel, teknisi atau mekanik?
Profesionalitas kerja bengkel menurut PBOIN adalah serangkaian pekerjaan diagnosa, perawatan dan/atau perbaikan kendaraan oleh bengkel (teknisi atau mekanik) dengan bayaran tertentu agar kendaraan terawat dengan baik dan masalah atau kerusakan dapat diselesaikan.
Dalam konteks profesionalitas kerja bengkel ini yang paling penting kemudian soal tanggung jawab.
Karena konsumen sudah mempercayakan penanganan kendaraan itu, dan mereka percaya kita kompeten sehingga mereka bersedia membayar kita, maka kita harus menjadi pengelola bengkel, teknisi atau mekanik yang bertanggung jawab.
Jadi kalau kita peras lagi, profesionalitas dalam kerja bengkel itu bermakna tanggung jawab.
Tanggung jawab yang seperti apa? Tentu kalau mendiagnosa harus secara benar, disertai analisa dari sistem yang logis dan benar.
Bengkel, teknisi atau mekanik tidak boleh malas menganalisa. Apalagi “bersembunyi” dibalik DTC hasil scan, lalu merekomendasikan penggantian suku cadang pada konsumen, setelah diganti masalah tidak hilang, lalu angkat tangan dan menyarankan ke bengkel lain, tetapi konsumen tetap harus membayar suku cadang itu.
Ini jelas kerja bengkel yang tidak profesional. Tidak peduli Anda bengkel UMKM atau bengkel besar, kalau melakukan praktik di atas, jangan salahkan kalau konsumen bilang Anda tidak profesional.
Selain diagnosa, tanggung jawab juga harus ditunjukkan saat melakukan perawatan dan perbaikan kendaraan.
Fasilitas Bukan Profesionalitas
Fasilitas bukanlah bagian dari profesionalitas bengkel. Fasilitas adalah layanan esktra yang diberikan oleh bengkel kepada konsumen.
Misal ada yang menyediakan ruang tunggu ber AC, teh dan kopi, ruang main anak dan cafe, ruang baca atau apapun bentuknya, itu bukan bagian dari profesionalitas.
Begitu juga layanan customer service untuk merespon pertanyaan calon konsumen lewat telepon atau WA soal harga oli dan suku cadang, itu juga bukan bagian dari profesionalitas.
Sekarang ini banyak “kaum rebahan”. Bertanya ke bengkel soal detail estimasi harga oli dan suku cadang lewat telepon atau WA, dan Anda tidak punya fasilitas CS untuk merespon itu, bengkel Anda tidak bisa dituduh tidak profesional.
Ketika orang itu menuding bengkel Anda tidak profesional di media sosial, apalagi mencoba memprovokasi orang lain, dan Anda merasa dirugikan. Anda bisa memperkarakannya ke jalur hukum, jika Anda mau.
Lain halnya kalau orang itu menelepon atau WA toko oli & sparepart, lalu tidak dapat respon saat tanya harga oli dan suku cadang, maka toko itu bisa disebut tidak profesional. Toko dan bengkel berbeda bidang usahanya.
Karena sekali lagi profesionalitas kerja bengkel diukur dari outputnya, dari hasil kerjanya, bukan dari berbagai fasilitas tambahan.
*Ketua Umum PBOIN, Persatuan Bengkel Otomotif Indonesia