Ada ‘Kerja Otak’ dan ‘Kerja Otot’ di Bengkel

Oleh: Ismail Sudirdjo

Jakarta, PBOIN – Persatuan Bengkel Otomotif Indonesia atau PBOIN meminta pada seluruh anggotanya untuk tidak lelah memberikan edukasi pada konsumen yang belum paham mekanisme kerja bengkel untuk kendaraan modern.

Namun jika penjelasan rasional yang disampaikan tidak juga bisa mengubah pandangan, pendirian dan sikapnya, sebaiknya tinggalkan saja.

Sebab karakter konsumen yang tidak menghargai bengkel atau mekanik dan cenderung mau “gratis” tidak akan membawa bengkel maju dan menjadi profesional.

Mereka tidak bisa menghargai skill, pengalaman, kompetensi dan investasi waktu dan uang yang dilakukan bengkel maupun mekanik.

Ketua Umum PBOIN Hermas E Prabowo mengatakan, masih ada sebagian kecil pemilik kendaraan yang belum memahami bahwa untuk melakukan perbaikan kendaraan modern sekarang butuh usaha lebih besar.

Bengkel atau mekanik harus meluangkan lebih banyak waktu dan tidak jarang biaya untuk up grade skill, pengalaman dan pengetahuan teknik agar selalu bisa mengikuti perkembangan teknologi otomotif terbaru, agar bisa menyelesaikan masalah atau kerusakan pada kendaraan modern.

“Butuh ‘investasi otak’ yang tidak bisa didapat dalam semalam,” tegas Hermas.

Investasi otak itu untuk apa? Tentu saja agar bengkel dan mekanik mampu melakukan observasi, diagnosa dan analisa yang baik supaya dapat memberikan saran atau rekomendasi perbaikan yang tepat.

Sering kali ketika melakukan tahapan ODA (observasi, diagnosa, analisa) dan lanjut ke pemberian rekomendasi, konsumen menganggap bahwa bengkel atau mekanik belum melakukan pekerjaan apa-apa, sehingga sebagian menganggap tidak perlu membayar.

“Padahal menjalankan tahapan ODA itu adalah kerja juga, yaitu kerja otak,” jelasnya.

Mental Gratis

Bagi konsumen yang belum paham atau bisa jadi sedikit yang “bermental gratis”, kerja otak yang dilakukan bengkel dengan melakukan tahapan ODA dianggap bukanlah bentuk real dari kerja.

Mereka menganggap kerja bengkel adalah kerja fisik, kerja otot. Sehingga seringkali apresiasi hanya diberikan untuk kerja fisik saja, seperti penggantian suku cadang.

“Pandangan semacam itu adalah salah besar,” tegas Hermas.

Pada bengkel kendaraan modern yang sudah menggunakan komputerisasi, baik mobil atau motor, ada dua kelompok besar kerja bengkel atau mekanik.

Yang pertama adalah “kerja otak” yang kedua “kerja otot”. Kerja otak meliputi observasi, diagnosa, analisa dan ujungnya rekomendasi. Kerja otot meliputi penggantian suku cadang.

“Tanpa kerja otak yang baik, kerja otot bisa sia-sia,” tambahnya.

Karena bisa timbul salah analisa yang berujung salah perbaikan atau penggantian suku cadang, akibatnya kendaraan tidak beres dan buang-buang uang.

Di era modern ini, masih ada beberapa konsumen yang bermental gratis. Misalnya, tidak mau membayar biaya observasi, diagnosa dan analisa. Scan juga maunya gratis.

Minta kendaraan di cek di bengkel atau rumah, terus tidak melanjutkan ke perbaikan karena belum punya biaya, tapi tidak mau bayar biaya ODA.

Bengkel dan mekanik perlu terus melakukan edukasi pada konsumen atau pemilik kendaraan. Jangan lemah dan jangan lelah.

Seperti halnya di dunia kedokteran, konsultasi jelas ada tarifnya. Sekalipun dokter sekadar nyenter tenggorokan pasien, itu bagian dari kerja yang harus dibayar.*